HaluanPapua – Hujan deras yang melanda wilayah Kabupaten Mimika selama beberapa hari terakhir kembali memicu banjir di sejumlah titik, termasuk Kampung Iwaka.
Genangan air setinggi pinggang anak-anak hingga lutut orang dewasa merendam jalan poros Lopon (eks PT Pangan Sari Utama) hingga permukiman warga, dengan panjang genangan mencapai sekitar 150 meter.
Banjir bahkan menerobos masuk ke dalam rumah-rumah warga, memaksa sebagian dari mereka mengungsi ke rumah keluarga yang lebih tinggi, seperti rumah panggung.
Kepala Kampung Lulu Sukri, yang didampingi aparat Distrik Iwaka John mengungkapkan bahwa banjir bukan lagi peristiwa baru bagi warganya. Banjir ini telah terjadi berkali-kali dan bertahun-tahun
“Banjir ini sudah sering terjadi. Kami harap ada solusi nyata,” keluhnya, Minggu (15/6/2025)
Beberapa warga setempat memanfaatkan momen ini untuk mencari sedikit cuan, dengan rakit yang dibuat dari drum mereka mengangkut kendaraan warga yang hendak menyeberang, per motor dipatok Rp25 ribu.
Mendengar laporan warga, Ketua Fraksi Demokrat yang juga anggota Komisi II DPRK Mimika, Dessy Putrika, langsung turun ke lokasi untuk meninjau kondisi banjir secara langsung.
“Curah hujan yang tak menentu memang menjadi salah satu faktor penyebab banjir, longsor, dan pohon tumbang. Tapi kondisi ini jelas menunjukkan perlunya langkah-langkah konkret dari semua pihak, baik legislatif, eksekutif maupun masyarakat,” ujar Dessy saat berada di lokasi.
Ia menyoroti bahwa masyarakat Iwaka yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, paling merasakan dampak buruk dari banjir ini. Selain berpotensi menyebabkan gagal panen, banjir juga dapat merusak infrastruktur pertanian dan memutus mata pencaharian warga.
Untuk itu, Dessy mendorong sinergi lintas sektor dalam menangani persoalan ini. Ia juga mengusulkan sejumlah langkah mitigasi dan antisipasi banjir, antara lain:
- Pembangunan dan perbaikan sistem drainase dan irigasi agar aliran air hujan dapat tertangani dengan lebih efisien.
- Pembuatan bendungan dan tanggul di titik-titik rawan untuk mengendalikan aliran air.
- Reboisasi di daerah hulu sungai untuk menahan limpasan air dan mencegah erosi.
- Peningkatan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan yang menyumbat aliran sungai.
- Pembuatan lubang biopori secara mandiri di lahan-lahan rendah sebagai solusi resapan air dan mencegah genangan.
“Banjir tidak akan selesai jika hanya saling menyalahkan. Dibutuhkan kolaborasi nyata. Harapan kami, setelah ini ada tindak lanjut dari pemerintah daerah untuk solusi jangka pendek dan panjang,” tegasnya.
Warga Iwaka pun berharap, kehadiran wakil rakyat di lokasi bencana tidak hanya sebatas seremonial, tetapi menjadi awal dari perubahan nyata untuk mengatasi banjir yang terus berulang. (*)